Kualitas? Kami tidak akan menjual produk kualitas rendah, kualitas rendah
tentunya tidak akan laku dipasaran, distributor dan reseller tidak akan
mau menjual produk kualitas rendah. Produk langsung dari Konveksi ini
yang membuat harga lebih murah dengan kualitas terjamin.
RANGKUMAN BUKU FILSAFAT ILMU KARANGAN JUJUN S. SURIASUMANTRI
Berikut adalah Makalah RANGKUMAN BUKU FILSAFAT ILMU KARANGAN JUJUN S. SURIASUMANTRI untuk memenuhi tugas sekolah ataupun kuliah dengan Makalah RANGKUMAN BUKU FILSAFAT ILMU KARANGAN JUJUN S. SURIASUMANTRI silahkan bebas untuk sobat download jangan lupa untuk di edit dan di baca untuk mengerti dan memahami isi dari RANGKUMAN BUKU FILSAFAT ILMU KARANGAN JUJUN S. SURIASUMANTRI terimakasih telah berkunjung semoga bermanfaat
RANGKUMAN BUKU FILSAFAT ILMU KARANGAN JUJUN S. SURIASUMANTRI
RANGKUMAN BUKU FILSAFAT ILMU
KARANGAN JUJUN S. SURIASUMANTRI
Dianjukan untuk Memenuhi Tugas, Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam,
Semester Ganjil, Tahun Akademik 2009/ 2010
Dosen Pembimbing : Drs. Ahmad Abdul Gani, S.H., M.Ag.
Oleh: Rudi Pradisetia Sudirdja
Oleh: Rudi Pradisetia Sudirdja
NPM : 091000299
Kelas : E
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PASUNDAN
JALAN LENGKONG BESAR NO 68 BANDUNG
Telp. (022) 4205945, 4262226
2009 / 1430
Kata Pengantar
Asalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT yang tiada hentinya memberikan petunjuk,
rahmat dan karunia-Nya dengan segala kemudahan-kemudahan sehingga
penyusun berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan dosen mata kuliah
PAI Fakultas Hukum Universitas Pasundan yaitu merangkum buku Filsafat
Ilmu karangan Jujun S. Suriasumantri.
Adapun tujuan dari rangkuman
ini adalah selain untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa disiplin
yang senantiasa melaksanakan tugas yang diberikan oleh dosen juga
sebagai pondasi dasar agar selama melaksanakan studi empat tahun
kedepan kita diberi kemudahan dalam menangkap ilmu yang diberikan oleh
para pengajar. Karena dengan mempelajari Filsafat Ilmu kita akan lebih
memahami bagaimana cara mendalami ilmu dengan benar dan bagaimana cara
kita mengaplikasikan ilmu tersebut dengan baik dalam kehidupan
bermasyarakat.
Penyusun sepenuhnya
menyadari bahwa rangkuman ini masih jauh dari sempurna. Seperti
peribahasa "Tak ada gading yang tak retak". Mungkin itulah yang
menggambarkan hasil kerja penyusun. Maka dari itu penyusun menerima
saran dan kritikan konstruktif dari pembaca untuk memacu kami supaya
lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhir kata, semoga
rangkuman ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca semua
pada umumnya dan juga agar dapat menimbulkan kesadaran untuk lebih giat
dalam mencari ilmu .
Bandung, September 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1.1. Ilmu dan Filsafat
1.2. Karakteristik Filsafat
1.3. Filsafat : Peneras Pengetahuan
1.4. Bidang Telaah Filsafat
1.5. Cabang-cabang filsafat
1.6. Filsafat Ilmu
1.7. Kerangka Pengkajian Buku
BAB II DASAR-DASAR PENGETAHUAN
2.1. Penalaran
2.2. Hakikat Penalaran
2.3. Logika
2.4. Sumber Pengetahuan
2.5. Kriteria Kebenaran
BAB III ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI
3.1. Metafisika
3.2. Beberapa Tafsiran Metafisika
3.3. Asumsi
3.4. Peluang
3.5. Beberapa Asumsi Dalam Ilmu
3.6. Batas-batas Penjelajahan Ilmu
3.7. Cabang-Cabang Ilmu
BAB IV EPISTIMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
4.1. Jarum Sejarah Pengetahuan 4.2. Pengetahuan
4.3. Metode Ilmiah
4.4. Struktur Pengetahuan Ilmiah
BAB V SARANA BERPIKIR ILMIAH
5.1. Sarana Berpikir Ilmiah
5.2. Bahasa
5.3. Matematika
5.4. Statistika
BAB VI AKSIOLOGII: NILAI KEGUNAAN ILMU
6.1. Ilmu Dan Moral
6.2. Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
6.3. Nuklir Dan Pilihan Moral
6.4. Revolusi Genetika
BAB VII ILMU DAN KEBUDAYAN
7.1. Manusia Dan Kebudayaan
7.2. Kebudayaan Dan Pendidikan
7.3. Ilmu Dan Perkembangan Kebudayaan Nasional
7.4. Ilmu Sebagai Suatu Cara berpikir
7.5. Ilmu Sebagai Asas Moral
7.6. Nilai-Nilai Ilmiah Dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
7.7. Ke Arah Peningkatan Peranan Keilmuan
7.8. Dua Pola Kebudayaan
BAB VIII ILMU DAN BAHASA
8.1. Tentang Terminologi : Ilmu, Ilmu Pengetahuan Dan Sains ?
Dua Jenis Ketahuan
8.2. Politik Bahasa Nasional
BAB IX PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH
9.1. Struktur Penelitian Dan Penulisan Ilmiah
9.2. Teknik Penulisan Ilmiah
9.3. Teknik Notasi Ilmiah
BAB X PENUTUP
10.1. Hakikat dan Kegunaan Ilmu
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
1.1 Ilmu dan Fisafat
Pengetahuan dimulai dengan
rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat
dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa
yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti
berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam
kesemestaan yang seakan tak terbatas ini.
Berfilsafat tentang ilmu
berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri apakah sebenarnya
yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah cirri-cirinya yang hakiki yang
membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?
Mengapa kita mesti mempelajari ilmu ? Dsb.
1.2 Karakteris Filsafat
- Menyeluruh : tidak puas mengenali ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri.
- Mendasar : tidak percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar.
- Spekulatif : mencurigai atau memilih buah pikir yang dapat kita andalkan.
1.3 Filsafat: Peneratas Pengetahuan
Filsafat merupakan langkah
awal untuk mengetahui segala pengetahuan.Semua ilmu baik ilmu alam
maupun ilmu soaial, bertolak dari pengembangannya bermula sebagai
filsafat. Sekiranya kita sadar bahwa filsafat adalah marinir bukan
pionir karena bukan pengetahuan yang bersifat merinci.
1.4 Bidang Telaah Filsafat
Filsafat menelaah segala
masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan
fungsinya sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok,
terjawab masalah yang satu diapun mulai merambah
1.5 Cabang Cabang Filsafat
Cabang Cabang Filsafat.
Adalah Epistimologi (Filsafat Pengetahuan), Etika (Filsafat Moral), Etestika (Filsafat Seni), Metafisika, Politik (Filsafat Pemerintahan), Filsafat Agama, Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah Dan Filsafat Matematika.
Adalah Epistimologi (Filsafat Pengetahuan), Etika (Filsafat Moral), Etestika (Filsafat Seni), Metafisika, Politik (Filsafat Pemerintahan), Filsafat Agama, Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah Dan Filsafat Matematika.
1.6 Filsafat ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistimologi
yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Filsafat Ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat
ilmu-ilmu social, namun tidak terdapay perbedaan yang prinsipil antara
ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social dimana keduanya memiliki cirri-ciri
keilmuan yang sama.
1.7 Kerangka Pengkajian Buku
Pembahasan buku ini
ditunjukan kepada orang awam yang ingin mengetahui aspek kefilsafatan
dari bidang keilmuan dan bukan ditujukan kepada mereka yang menjadikan
filsafat ilmu sebagai bidang keahlian. Pada dasarnya buku ini mencoba
membahas aspek ontologis, epistimologis dan aksiologis keilmuan sambil membandingkan dengan beberapa pengetahuan lain.
Dalam kaitan-kaitan ini akan dikaji hakikat beberapa saran berpikir ilmiah yakni, bahasa, logika, matematika dan statistika. Setelah itu dibahas beberapa aspek yang berkaitan erat dengan kegiatan keilmuan seperti aspek moral, sosial, pendidikan dan kebudayaan. Akhirnya buku ini ditutup dengan pembahasan mengenai struktur penelitian dan penulisan ilmiah dengan harapan agar dapat membantu mereka yang berkarya dalam bidang keilmuan.
BAB II
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
2.1 Penalaran
Penalaran adalah berpikir
menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Dengan penalaran inilah
manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap.
Disamping itu manusia juga mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
2.2 Hakikat Penalaran.
Penalaran mempunyai
ciri-ciri: proses berpikir logis atau dan analitis.Penalaran juga
merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa
ilmu pengetahuan.
2.3 Logika
Logika didefinisikan sebagai
pengkajian untuk berpikir secara sahih (Valid). Logika berguna dalam
proses penenarikan kesimpulan. Logika dibagi menjadi logika induktif dan
logika deduktif.
2.4 Sumber Pengetahuan
Sumber Pengetahuan, pada
dasarnya terdapat dua cara kita mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu
mendasarkan diri pada rasio atau disebut rasionalisme dan mendasarkan diri pda pengalaman atau disebut empirisme, namun masih terdapat cara lain yaitu intusi (pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu) dan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia lewat perantara nabi-nabi yang diutusnya).
- Kriteria Kebenaran:1.Teori Koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya bila kita menganggap bahwa, "semua manusia pasti akan mati" adalah suatu pernyataan benar maka pernyataan bahwa, "si polan adalah seorang manusia dan si polan pasti akan mati" adalah benar pula karena kedua pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.2.Teori Korespondensi yang ditemukan oleh Bertrand Russell (1872-1970). Suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Misalnya jika seseorang mengatakan bahwa ibukota republik Indonesia adalah Jakarta maka pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan itu dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta yang memang menjadi ibukota republik Indonesia.3.Teori Pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914). Suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.Misalnya jika orang menyatakan sebuah teori X dalam pendidikan, dan dengan teori X tersebut dikembangkan teknik Y dalam meningkatkan kemampuan belajar, maka teori X itu dianggap benar sebab teori X ini fungsional dan mempunyai kegunaan.
BAB III
ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI
3.1 Metafisika
Metafisika adalah bidang
telaah filsafati yang merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran
filsafati termasuk pemikiran ilmiah.
3.2 Beberapa Tafsiran Metafisika
1. Supernaturalisasi adalah
paham yang menyatakan bahwa terdapat ujud-ujud bersifat gaib
(supernatural) dan ujud-ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebikuasa
dibandingkan dengan alam yang nyata.
2.Naturalisme adalah paham
yang menyatakan bahwa gjala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh
kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang tedapat dalam
alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita
ketahui.
3.3 Asumsi
Asumsi merupakan dugaan-dugaan sementara yang belum jelas kebenarannya, karena belum ada fakta pendukung yang valid.
Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu dalam memecahkan
masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti
halnya agam. Walaupun demikian sampai tahap tertentu ilmu memiliki
keabsahan dalam melakukan generalisasi.
3.4 Peluang
Peluang adalah kemungkinan kejadian.
3.5 Beberapa Asumsi Dalam Ilmu
1.Asumsi yang mendasari telah ilmiah
2.Asumsi yang mendasari telaah moral
3.6 Batas-Batas Penjelajahan Ilmu
Batas-Batas Penjelajahan Ilmu
adalah pengalaman manusia dan pengetahuan yang telah diuji kebenaranya secra empiris.
adalah pengalaman manusia dan pengetahuan yang telah diuji kebenaranya secra empiris.
3.7 Cabang-Cabang Ilmu
Dua cabang utamanya yaitu:
1.Filsafat alam yang kemudian menjadi ilmu-ilmu alam (the natural science)
2.Filsafat moral yang kmudian menjadi ilmu-ilmu sosial (the social science)
Disamping itu terdapat juga : Ilmu Humaniora dan Ilmu Matematika.]
BAB IV
EPISTIMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
4.1 Jarum Sejarah Pengetahuan
Jarum Sejarah Pengetahuan
pada paktu dulu kriteria kesamaan yang menjadi konsep dasar. Semua meyatu dalam kesatuan yang batas-batasnya kabur dan mengambang. Tidk terdapat jarak antara objek yang satu dengan objek yang lain, antara ujud yang satu dengan ujud yang lain. Konsep dasar ini baru mengalami perubahan fundamental dengan berkembangnya abad
pada paktu dulu kriteria kesamaan yang menjadi konsep dasar. Semua meyatu dalam kesatuan yang batas-batasnya kabur dan mengambang. Tidk terdapat jarak antara objek yang satu dengan objek yang lain, antara ujud yang satu dengan ujud yang lain. Konsep dasar ini baru mengalami perubahan fundamental dengan berkembangnya abad
Penalaran pada pertengahan
abad ke 17. Pohon pengetahuan mulai dibeda-bedakan paling tidak
berdasarkan apa yang diketahui, bagaimana cara mengetahuinya dan untuk
apa pengetahuan itu dipergunakan. Berdasarkan objek yang ditelaah mulai
dibedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social. Dari cabang ilmu yang
satu sekarang ini diperkirakan berkembang lebih dari 650 cabang disiplin
ilmu.
4.2 Pengetahuan
Pengetahuan pada hakekatmya
merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu,
termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai jenis
pengetahuan lainya seperti seni dan agama. Pengetahuan merupakan
khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut
memperkaya kehidupan kita.
Setiap jenis pengetahuan mempunyai cirri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi) dan untuk apa
(aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Jika ilmu mencoba
mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan
mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variable yang terikat dalam
sebuah hubungan yang bersifat rasional, maka seni (paling tidak seni
sastra), mencoba mengungkapkan obyek penelaahan itu sehingga menjadi
bermakna bagi pencipta dan mereka yang meresapinya, lewat berbagai
kemampuan manusia untuk menangkapnya, seperti pikiran emosi dan
pancaindra.
Seni menurut Moctar Lubis,
merupakan produk dari daya inspirasi dan daya cipta manusia yang bebas
dari cengkraman dan belenggu berbagai ikatan. Karya seni bersifat penuh
dan rumit namun tidak bersifat sistematik.
Sebuah karaya seni yang baik
biasanya mempunyai pesan yang ingin disampaikan kepada manusia yang
bias mempengaruhi sikap dan prilaku mereka. Itulah sebabnya seni
memegang peran penting dalam pendidikan moral dan budi pekerti suatu
bangsa.
Satu jembatan yang
menghubungkan antara seni terapan dengan ilmu dan teknologi adalah
pengembangan konsep teoritis yang besifat mendasar yang selanjutnya
dijadikan tumpuan untuk mengembangkan pengetahun ilmiah yang bersifat
integral. Ilmu dan filsafat dimulai dengan akal sehat sebab tak
mempunyai landasan permulaan lain untuk berpijak.
4.3 Metode Ilmiah
Metode Ilmiah merupakan
prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu
didapat dari metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab
ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi
syarat tertentu.
Syarat yang harus dipenuhi
agar pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan
dengan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara
bekerjanya pikiran, sehingga pengetahuan yang dihasilkan mempunyai
karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat
rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusun
merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Dalam hal ini metode ilmiah
mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif dalam
membangun tubuh pengetahuannya. Proses kegiatan ilmiah menurut Ritchie
Calder dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Sehingga, karena
masalah ini berasal dari dunia empiris, maka proses berpikir tersebut
diarahkan pada pengamatan objek yang bersangkutan yang bereksistensi
dalam dunia empiris pula.
Karena masalah yang
dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawaban pada dunia yang nyata
pula. Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta pula, apapun
juga teori yang menjembataninya (Einstein).
Teori merupakan suatu
abstraksi intelektual dimana pendekatan secara secara rasional
digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan
suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang
dijelaskannya. Adapun tahapan dalam kegiatan ilmiah, yaitu:
1.Perumusan Masalah
2.Penyusunan kerangka berpikir
3.Perumusan hipotesis
4.Pengujian hipotesis
5.Penarikan kesimpulan.
4.4 Struktur Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang diproses
menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat
keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau
ilmu. Ada pun struktur pengetahuan ilmiah sebagai berikut :
1.Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
2.Hukum yang merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.
3.Prinsip yang
dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi
sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang
terjadi.
4.Postulat yang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya.
BAB V
SARANA BERPIKIR ILMIAH
Untuk dapat melakukan
kegiatan berpikir ilmiah demham baik, maka diperlukan sarana yang berupa
bahasa, logika, matematika dam statistika.
5.2 Bahasa
Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuan berbahasanya. Tanpa bahasa maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dilakukan, tanpa kemampuan berbahasa manusia tidak menungkin mengembangkan kebudayaannya, selanjutnya tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain.
Jika kita berbicara maka
hakikat informasi yang kita sampaikan mengandung unsur emotif, demikian
jika kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur
informatif. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran,
perasaan dan sikap
5.3 Matematika
Matematika
merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang kita sampaikan, lambang dari matematika bersifat artifisialis, mempunyai arti jika diberikan sebuah makna kepadanya. Matematika bersifat kuantitatif dan sebagai sarana berpikir deduktif.
merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang kita sampaikan, lambang dari matematika bersifat artifisialis, mempunyai arti jika diberikan sebuah makna kepadanya. Matematika bersifat kuantitatif dan sebagai sarana berpikir deduktif.
5.4 Statistika
Peluang yang merupakan dasar
dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam
pemikiran Yunani Kuno,Romawi dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan.
Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang
dikembangkan sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang.
Konsep statistika sering
dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi
tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menaruk kesimpulan yang
bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang
bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat
ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut.
Statistika juga memberikan
kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita
antara dua faktor atau lebih bersifat kebetuln atau memang benar-benar
terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris.
BAB VI
AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU
6.1 Ilmu dan Moral
Benarkah bahwa makin
cerdas, maka makin pandai kita menemukan kebenaran, makin benar maka
makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia mempunyai penalaran
tinggi, lalu makin berbudi, sebab moral mereka dilandasi oleh anlisis
yang hakiki, atau sebaliknya makin cerdas maka makin pandai pula kita
berdusta?. Masalah moral berkaitan dengan metafisika keilmuan, maka
dalam tahap manipulasi ini masalah moral berkaitan dengan cara
penggunaan pengetahuan ilmiah.
Ontologi diartikan sebagai
pengkajian mengenai hakikat realitas dari objek yang di telaah dalam
membuahkan pengetahuan, aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Sokrates
minum racun, John Huss dibakar sebagai contoh betapa ilmuan memiliki
landasan moral, jika tidak ilmuan sangat mudah tergelincir dalam
prostitusi intelektual.
6.2 Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
Seorang ilmuan mempunyai
tanggung jawab sosial di bahunya. Bukan saja karena ia adalah warga
masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung dengan di
masyarakat yang yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi
tertentu dalam keberlangsungan hidup manusia.
Sampai ikut bertanggung
jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat. Sikap sosial seorang ilmuan adalah konsisten dengan proses
penelaahan keilmuan yang dilakukan. Sering dikatakan bahwa ilmu itu
bebas dari sistem nilai. Ilmu itu sendiri netraldan para ilmuanlah yang
memberikannya nilai.
6.3 Nuklir dan Pilihan Moral
Seorang ilmuan secara moral
tidak akam membiarkan hasil penemuannya dipergunakan untuk menindas
bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri.
Seorang ilmuan tidak boleh berpangku tangan, dia harus memilih sikap,
berpihak pada kemanusiaan. Pilihan moral memang terkadang getir sebab
tidak bersifat hitam di atas putih. Seperti halnya yang terjadi pada
Albert Einstein diperintahkan untuk membuat bom atom oleh pemerintah
negaranya.
Seorang ilmuan tidak boleh
menyembunyikan hasil penemuannya, apapun juga bentuknya dari masyarakat
luas serta apapun juga konsekuensi yang akan terjadi dari penemuannya
itu. Seorang ilmuan tidak boleh memutar balikkan temuannya jika
hipotesis yang dijunjung tinggi tersusun atas kerangkan pemikiran yang
terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena
bertentangan dengan fakta-fakta pengujian
6.4 Revolusi Genetik
Revolusi Genetik merupakan
babakan baru dalam sejarah keilmuwan manusia sebab sebelum ini ilmu
tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek penelaah itu sendiri. Hal
ini buka berarti bahwa sebelumnya tidak pernah ada penelaahan ilmiah
yang berkaitan dengan jasad manusia, tentu saja banyak sekali, namun
penelaahan-penelaahan itu dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan
teknologi.
Dengan penelitian genetika
maka masalahnya menjadi sangat lain, kita tidak lagi menelaah
organ-organ manusia dalam upaya untuk menciptakan teknologi yang
memberikan kemudahan bagi kita, melainkan manusia itu sendiri sekarang
menjadi objek penelaah yang akan menghasilkan bukan lagi teknologi yang
memberikan kemudahan, melainkan teknologi untuk mengubah manusia itu
sendiri. Pembahasan ini berdasarkan kepada asumsi bahwa penemuan dalam
riset genetika akan dipergunakan dengan itikad baik untuk keluhuruan
manusia.
BAB VII
ILMU DAN KEBUDAYAAN
7.1 Manusia dan Kebudayan
Manusia dalam kehidupan
mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Adanya kebutuhan hidup iilah
yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan tersebut. Dalam hal ini, menurut Ashley Montagu,
kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadapa kebutuhan dasar
hidupnya.
Manusia berbeda dengan
binatang bukan saja dalam banyaknya kebutuhan namun juga dalam cara
memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah, dalam konteks ini, yang
memberikan garis pemisah antara manusia dan binatang. Maslow
mengidentifikasikan lima kelompok kebutuhan manusaia yakni kebutuhan
fisiologi, rasa aman, afiliasi, harga diri dan pengembangan potensi.
7.2 Kebudayaan dan Pendidikan
Allport, Venon dan lindzey
(1951) mengidentifikasikan enm nilai dasar dalam kebudayaan yakni nilai
teori, ekonomi, estetika, sosial, politik, dan agama .Yang dimaksud
dengan nilai teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai
metode seperti rasionalisme, empirisme dan metoda ilmiah.
Setiap kebudayaan mempunyai
skala hirarki mengenai mana yang lebih penting dan mana yang kurang
penting dari nilai-nilai tersebut di atas serta mempunyai penilaian
sendiri dari tiap-tiap katagori.
7.3 Ilmu dan Perkembangan Kebudayaan Nasional
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi.
Disatu pihak pengembangan
ilmu dalam suatu masyarakat tergantung kondisi kebudayaannya, tapi
dipihak lain pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan.
Menurut Talcot Persons :"Ilmu dan kebudayaan itu terpadu secara intim dengan seluruh struktur sosial dan tradisi kebudayaan "
Peranan ganda ilmu dalam pengembangan kebudayaan nasional adalah sebagai berikut :
1.Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya perkembangan kebudayaan nasional
2.Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
Kedua hal ini terpadu satu
sama lain dan sukar dibedakan. Pengkajian perkembangan kebudayaan
nasioal tidak dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu.
Seiring perjalan waktu, dewasa ini kurun ilmu
dan teknologi menjadi pengembangan utama bidang ilmu dan secara tidak
langsung kebudayaan kita tak terlepas dari pengaruhnya, sehingga kita
harus ikut memperhitungkan hal ini. Untuk itu dibicarakan peranan ilmu
sebagai sumber nilai yang ikut mendukung pengembangan kebudayaan
nasional.
7.4 Ilmu Sebagai Suatu Cara Berpikir
Berpikir
ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu, yang memiliki dua kriteria utama,
yaitu :
1. Pernyataan harus logis
2. Didukung fakta empiris (Empiris : berdasarkan pengalaman dan pengetahuan)
Kedua kriteria tersebut
saling mengikat, yang pertama setiap pernyataan yang disampaikan harus
logis dan diperolah dari fakta-fakta empiris, merupakan hakikat berpikir
ilmiah. Dari hakikat ini, kita dapat menyimpulakan beberapa
karakteristik ilmu :
1.Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar
2.Akar berpikir yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada.
3.Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif.
4.Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
Maka disimpulkan manfaat
yang dapat diperoleh dari karakteristik ilmu ialah
rasional,logis,objektif dan terbuka dan kritis sebagai landasannya
7.5 Ilmu Sebagai Asas Moral
Artinya
dalam menetapkan suatu pernyataan apakah itu benar atau tidak maka
seorang ilmuwan akan menarik kesimpulannya kepada argumentasi yang
terkandung dalam pernyataan itu dan bukan kepada pengaruh yang berbentuk
kekuasaan dari kelembagaan yang mengeluarkan pernyataan itu.
Hal ini sering menempatkan
ilmuwan pada tempat yang bertentangan dengan pihak yang berkuasa yang
mungkin mempunyai kriteria kebenaran yang lain.Kriteria ilmuwan dan
politikus dalam membuat pernyataan adalah berbeda menurut Szilard : jika
seorang ilmuwan mengatakan sesuatu, rekan rekannya pertamakali akan
bertanya apakah yang dinyatakan itu mengandung kebenaran.
Sebaliknya jika seorang
politikus mengatakan sesuatu maka rekan reknnya pertama kali akan
bertanya, " mengapa ia menyatakan hal itu " baru kemudian atau mungkin
juga tidak, mereka mempertanyakan apakah pernyataan itu mengandung
kebenaran.
Disamping itu kebenaran bagi
ilmuwan mempunyai kegunaan yang universal bagi umat manusia dalam
meningkatkan martabat ke manusiaanya. Secara nasional kaum ilmuwan tidak
mengabdi kepada golongan, klik politik atau kelompok lain, secara
internasional kaum ilmu wan tidak mengabdi kepada ras,ideology, dan
factor – factor pembatasolainnya. Dua karakteristik ini merupkan asas moral bagi ilmuwan yakni me ninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal.
Dalam kenyataannya
pelaksanaan asas moral ini tidak mudah sebab tahap perkembangan ilmu
yang sangat awal kegiatan ilmiah ini dipengaruhioolehostrukturokekuasaanodarioluar.oMenurutoBachtiarodalamoJujun.oS.
Suriasumantri ( 1998,275) lebih menonjol lagi pada Negara yang sedang
berkembang , karena sebagian besar kegiatan keilmuan merupakanokegiatanoaparaturoNegara.
7.6 Nilai-Nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
Ada 7 nilai yang terkandung
dalam dari hakikat keilmuan yaitu kritis, rasional, logis, objektif ,
terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal.Ketujuh sifat ini
sangat akan sangat konsisten untuk membentuk bangsa yang modern. Karena
bangsa yang modern akan menghadapi banyak tantangan di segala bidang
kehidupan. Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah
perubahan kebudayaan konvensional kearah yang lebih aspirasi.
7.7 Ke Arah Peningkatan Peranan Keilmuan
Jika menurut kita benar
bahwasanya ilmu bersifat mendukung budaya nasional,maka kita perlu
meningkatkan peranan keilmuan dalam kehidupan kita.
Beberapa langkah yang dapat kita gunakan yang pada pokoknya mengandung beberapa pemikiran sebagai berikut:
1.Ilmu merupakan bagian kebudayaan,sehingga setiap langkah dalam kegiatan peningkatan ilmu harus memperhatikan kebudayaan kita.
2.Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran.
3.Asumsi dasar dari setiap kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah percaya dengan metode yang digunakan.
4.Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral.
5.Pengembangan keilmuan harus seiring dengan pengembangan filsafat
6.Kegiatan ilmah harus otonom dan bebas dari kekangan struktur kekuasaan.
Keenam hal ini merupakan langkah-langkah untuk memberi kontrol bagi masyarakat terhadap kegiatan ilmu dan teknologi.
7.8 Dua Pola Kebudayaan
Dua pola kebudayaan dan ilmu
yang begulir di Indonesia, adalah ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social.
Kenapa hal ini terjadi,ini terjadi karena besarnya perbedaan antara ilmu
social dan ilmu alam. Contohnya, jika kita belajar ilmu alam dengan
subjek batu, kira-kira saat lain di teliti lagi maka kemungkinan besar
akan berhasil dengan nilai yang sama,tetapi tidak demikin dalam ilmu
social,dalam ilmu social, ilmu social bergerak lebih fleksibel dan dapt
berubah sewaktu-waktu.
Namun kedua hal itu bukan
merupakan masalah, kedua hal itu tidak mengubah apa yang menjadai tujuan
penelitian ilmiah. Ilmu bukan bermaksud mengumpulkan fakta tapi untuk
mencari penjelasan dari gejala-gejala yang ada, yang memungkinkan kita
mengetahui kebenaran hakikat objek yang kita hadapi.
Ada dua factor yang menjadi
landasan suatu analisis kuantitatif ilmu social yaitu: sulitnya
melakukan pengukuran,karena emosi dan aspirasi merupakan unsure yang
sulit dan yang kedua banyaknya variable yang mempengaruhi tingkah laku
manusia.
Hal seperti inilah yang
menyebabkan ilmu alam lebih maju dari pada ilmu social. Itu dikarenakan
ilmu social lebih terpaku pada tahap kualitatif,dan untuk mengubah ini
ilmu social harus lebih masuk ketahap kuantitatif.
Di Indonesia hal seperti ini
masih berlaku,tebukti adanya dua penjurusan dalam bidang kajian
ilmu,yaitu ilmu social dan ilmu alam,dan dalam pelaksanaannya ilmu alam
selalu dianggap lebih bergengsi di banding ilmu social. Itu membuat
sebagian masyarakat kita terobsesi untuk masuk jurusan ilmu alam meski
mungkin lebih berbakat dalam bidang social, sehingga secara tidak
langsung menghambat perkembangan ilmu social.
Pada akhirnya harus kita
sadari bahwa adanya dua jurusan dalam bidang ilmu ini memerlukan suatu
usaha yang fundamental dan sistematis dalam menghadapinya. Perlu dicari
titik temu diantara kedua bidang ini sehingga satu sama lain akan saling
melengkapi,bukan saling terpisah. Karena bagaimanapun ilmu social tidak
dapat terpisah dan berdiri sendiri dan begitupun ilmu alam tetap
terikat secara social.
BAB VIII
ILMU DAN BAHASA
8.1 Tetang Terminologi : Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan sains ?
Dua Jenis Ketahuan
Manusaia dengan segenap
kemampun kemanusiannya seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra
dan intuisi mampu menangkap alam hidupnya dan mengabstraksikan
tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk "ketahuan
umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah, filsafat.
Terminologi ketahuan ini adalah termonologi artifisial
yang bersifat sementara sebagai analisis yang pokoknya diartikan
sebagai keseluruhan bentuk dari produk kegiatan manusia dalam usaha
untuk mengetahui sesuatu . Apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui
tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan kegunaannya kita masukan
kedalam kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa inggris sinonim
dari ketahuan ini adalah knowledge.
Ketahuan atau knowledge
ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang
kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam dan
biologi itu sendiri.
8.2 Politik Bahasa Nasional
Pada tanggal 28 oktober
1928 bangsa Indonesia telah memilih Bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasioal. Alasan utama pada waktu itu lebih ditekankan pada fungsi
kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana untuk mengintegritaskan berbagai
suku kedalam satu bangsa yakni Indonesia. Tentu saja terdapat juga
evalusai yang berkonotasi dengan ketentuan Bahasa Indonesia selaku
fungsi komunikatif yakni fakta bahwa Bahasa Indonesia merupakan lingua franca dari
sebaian besar penduduk, namun kalau dikaji lebih dalam , maka kriteria
bahasa sebagai fungsi kohesif itulah yang merupakan kriteria yang
menentukan.
Selaku alat komuniksi pada
pokonya bahsa mencakup tiga unsur yakni, pertama, bahasa selaku alat
komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif),
kedua, berkonotasi sikap (afektif) dan, ketiga, berkonotasi pikiran
(penalaran). Atau secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi
bahasa dapat diperinci lebih lanjut menjadi fungsi emotif, afektif dan
penalaran.
Perkembangan bahasa tentu
saja tidak dapat dilepaskan dari sektor-sektor lain yang juga tumbuh dan
berkembang. Sekiranya bahasa berkembang terisolasi dari perkembangan
sektor-sektor lain maka bahasa mungkin bersifat tidak berfungsi dan atau
bahkan kontra produktif (counter-productive).
BAB IX
PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH
- Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah1.Pengajuan Masalah
- Latar Belakang Masalah
- Identifikasi Masalah
- Pembatasan Masalah
- Perumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Kegunaan Penelitian
2.Penyusunan Kerangka Teoritis Dan Pengajuan Hipotesis
- Pengkajian mengenai teori-teori yang akan dipergunakan dalam analisa.
- Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan;
- Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis dengan mempergunakan premis-premis sebagaimana tercantum dalam butir (1) dan butir (2) dengan mennyatakan secara tersurat postulat, asumsi dan prinsip yang dipergunakan (sekiranya dipergunakan);
- Perumusan hipotesis
3. Metodologi Penelitian
- Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang mengidentifikasi variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang akan ditelit;
- Tempat dan waktu penelitian dimana akan dilakukan generalisasi mengenai variabel-variabel yang diteliti;
- Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisai yang diharapkan;
- Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tigkat keumuman dan metode penelitian.
- Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan dikumpulkan, sumber, teknik pengukuran, instrumen dan teknik mendapatkan data.
- Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis ( sekiranya mempergunakan statistika maka tulisan hipotesis nol dan hipotesis tandingan; H0 / H1).
4. Hasil Penelitian
- Menyatakan variabel-variabel yang diteliti;
- Menyatakan teknik analisis data;
- Mendeskripsikan hasil analisis data;
- Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data;
5 Ringkasan dan Kesimpulan
- Deskripsi singkat mengenai masalah, krangka teoretis, hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian;
- Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan keseluruhan aspek tersebut di atas;
- Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan;
- Mengkaji implikasi penelitian;
- Mengjukan saran
6.Abstrak
7.Daftar Pustaka
8.Riwayat Hidup
9.Usulan Penelitian
10. Lain-lain
11. Penutup
12. Catatan Akhir
9.2 Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik Penulisan ilmiah
mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah
serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah
yang dipergunakan dalam penulisan. Komunikasi ilmiah harus bersifat
jelas dan tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan yag bersifat
reproduktif dan impersonal.
Bahasa yang dipergunakan
harus jelas di mana pesan mengenai obyek yang ingin dikomunikasikan
mengandung informasi yang disampaikan sedemikian rupa sehingga si
penerima betul-betul mengerti tentang isi pesan yang disampaikan
kepadanya.
9.3 Teknik Notasi Ilmiah
Tanda catatan kaki diletakan
di ujung kalimat yang kita kutip dengan mempergunakan angka arab yang
diketik naik setengah spasi. Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor
urut mulai dari anka 1 sampai habis dan diganti dengan nomor 1 kembali
pada bab yang baru. Satu kalimat mungkin terdiri dari beberapa catatan
kaki sekiranya kalimat itu terdiri dari beberapa kutipan. Semua kutipan,
baik yang dikutup secara langsung maupun secara tidak langsung,
Sumbernya kemudian kita sertakan dalam daftar pustaka.
BAB X
PENUTUP
10.1 Hakikat dan Kegunaan Ilmu
Ilmu memiliki fungsi yang
bersifat estetik, yang kalau kita konsumsikan dengan baik, memberikan
kenikmatan batiniah atau kepuasan jiwa. Jiwa kita tergetar, terharu,
tersenyum oleh komunikasi aristik, menyebabkan dunia makna yang tak
terjangkau kasat mata. Jiwa kita bertambah kaya, persepsi kita bertambah
dewasa, yang selanjutnya akan mengubah sikap dan kelakuan kita.
DAFTAR PUSTAKA
S. Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007